suyudana

suyudana
suyudana

Rabu, 17 Februari 2010

Cerita Wayang

Suyudana Gugur



Perang Barata Yudha  hampir usai. Prabu Suyudana  sudah merasakan, sebenarnya, untuk apa mereka berperang, sedangkan sebenarnya Pandawa dan Kurawa adalah satu keluarga.Lagi pula untuk apa Perang Barata Yudha dilanjutkan, kalau anak yang disanjung-sanjung dan yang diharap-harap nanti akan menggantikan kedudukannya, sudah tiada, Lesmana Mandrakumara telah mendahului gugur di medan Kurusetra. Sementara itu sisa pasukan dari negara sekutu dari negeri negeri luar yang mendukung pihak Kurawa maupun Pandawa,telah meninggalkan medan laga Kurusetra. Kini di tegal Kurusetra, hanya tinggal tumpukan jasat orang orang, bangkai hewan tunggangan perang, seperti kuda, gajah dan tumpukan bangkai kereta prang, yang berbau tidak sedap. Sementara itu Dewi Gendari menyuruh Sanjaya, untuk menemui Prabu Suyudana, minta agar Prabu Suyudana menemuinya di keputren.

Sesampai dihadapan Ibu Gendari, Prabu Suyudana menghaturkan sungkem pada ibunya.
Perlu kita ketahui bersama, bahwa sejak Dewi Gendari bersuami dengan Prabu Drestarastra, Dewi Gendari selalu menutupi kedua matanya dengan kain hitam. Ia ingin merasakan, seperti apa yang dirasakan suaminya, ia  tidak ingin melihat dunia, seperti yang dialami suaminya. Dewi Gendari meminta agar Prabu Suyudana melepas semua pakaiannya, dan berdiri berhadapan dengan Ibunya, Ibu Gendari.

Prabu Suyudana terkejut mendengar permintaan ibunya agar dirinya telanjang. Prabu Suyudana pun melepas pakaiannya, namun sewaktu melepas pakaian bawah yang terakhir, yaitu busana dalam, hatinya gamang, ia merasa malu, dan ia mencurigai ibunya jangan jangan ingin berselingkuh. Dengan ragu ragu, akhirnya Suyudana  mau melepas semua pakaian yang dipakainya, Suyudana menyatakan siap, kalau ia sudah tidak memakai busana lagi, Ketika ibunya membuka kain htam penutu\p mata, terpancarlah sinar yang terang, sangat menuilaikan mata. Sinar itu merayap dari kepala, leher,dada,perut, sesampai dibawah perut Dewi Gendari terkejut melihat  Suyudana menutupi, daerah itu sampai paha kiri.Dewi Gandari menangisi Suyudana, karena tidak menuruti pesan ibunya, maka ia tidak bisa memenangkan perang Baratayudha.          

Menurut Dewi Gendari, Suyudana akan kalah menghadapi Pandawa. Sebenarnya kalau Suyudana mau mendengar pesan ibu Gendari , agar tidak berbusana sama sekali waktu menghadap ibu Gendari, sinar yang terpancar dari kedua mata Dewi Gendari akan menjadikan seluruh tubuh Suyudana bagai baja. Tidak akan sakit, dan tidak akan tergores dari segala senjata apapun. Maka Prabu Suyudana akan menang dalam peperangan melawan Pandawa. Tetapi karena  ada bagian tubuh yang tidak terkena sinar kesaktian tadi, maka  bagian tubuh itu menjadi pengapesan Prabu Suyudana.

Suyudana menangis tidak tahu apa yang harus dikerjakan lagi. Dewi Gendari menutup kedua matanya seperti semula. Dan mempersilakan Prabu Suyudana kembali ke istana.
Kelihatannya Istana Astinapura sudah seperti tiada berpenghuni. Orang lalu lalang ke Istana tidak ada seorang perajurit pun yang bertugas menjaganya.

Sesampai di Istana, Prabu Suyudana merasa kesepian,tidak ada satupun orang yang tinggal lagi di istana. Tidak ada lagi ada orang yang bisa diajak bicara.  Kepala rasanya mau pecah. Prabu Suyudana ingin menyejukkan hati dan pikiran. Maka ia ingin berendam di dalam sungai yang mengalir didepan Istana. Sesampai di sungai dimaksud, ia  melepas pakaian kerajaan, dan diletakkan ditepi sungai begitu saja, dan iapun menceburkan diri dalam sungai.        

Sementara Prabu Suyudana berendam,  Prabu  Kresna bersama Pandawa telah memasuki halaman Istana Astinapura. Melihat ada tumpukan pakaian kebesaran Raja Astina ditepi sungai, Pandawa yakin kalau Prabu Suyudana sedang berendam disungai. Para Pandawa memberikan kesempatan Prabu Suyudana berendam di dalam sungai.

Setelah  waktu yang diberikan dirasa cukup, maka Werkudara minta Prabu Suyudana agar cepat naik keatas. Mendengar suara Werkudara, Prabu Suyudana muncul dari dalam sungai. Pandawa memberi tahukan, bahwa mereka hanya akan mengambil negara Indraprasta. Sedangkan status Astinapura ditentukan dengan adu jago. Siapa yang menang, maka ia lah pemiliknya. Prabu Baladewa yang sudah selesai bertapa di Grojogansewu, kini sudah siap menjadi wasitnya. Prabu Suyudana menyetujuinya. Tetapi dengan syarat, masing masing jago dilarang memukul bagian bawah lawan, sejak pusar sampai kaki. Kedua belah pihak pun telah menyetujuinya.

Kini didepan Istana Astinapura telah dibuatkan blabar kawat untuk tempat bertanding.
Suyudana jago Kurawa diberi kesempatan memilih lawan satu diantara lima orang Pandawa. Suyudana memilih lawan yang seimbang yaitu memilih Werkudara. Dua jago telah masuk dalam blabar kawat. Suyudana masuk dengan membawa gada, dan Werkudara juga membawa Gada Rujakpolo, yang menjadi andalan masing-masing.Mereka berdua saling  pukul  memukul. Berkali kali Werkudara memukul Suyudana, tetapi Suyudana merasa tidak kesakitan. Ia malah ketawa-ketawa.

Ketika Werkudara sudah kehabisan tenaga, kini Suyudana  ganti yang memukul, dan sekali pukul kena kepala Werkudara. Mahkota yang dipakainya pecah. Werkudara terhuyung-huyung mau jatuh. Suyudana memukulkan gada lagi ke paha Werkudara. Beruntung Werkudara masih bisa bertahan.

Werkudara marah kepada Suyudana, karena memukul pahanya. Bagaikan seekor srigala liar, diayunkannya gada rujakpolo sekuat tenaga kearah punggung Suyudana. Melihat pukulan Werkudara yang membahayakan itu, menjadikan Suyudana ketakutan, ia segera menghindari pukulan itu, namun terlambat pahanya yang terpukul oleh Wekudara, menjadikan  tubuh bagian pinggang patah. Suyudana mengerang kesakitan.

Prabu Baladewa memprotes Werkudara karena melanggar perjanjian, karena Werkudara telah memukul paha Suyudana. Prabu Kresna membela Werkudara, karena Werkudara tanpa sengaja memukul paha Prabu Suyudana. Kejadiannya dikarenakan Prabu Suyudana  menghindari pukulan Werkudara, sehingga pukulannya mengenai paha Prabu Suyudana.  Dan justru sebelumnya Prabu Suyudana dengan sengaja memukul paha Werkudara. Prabu Baladewa berniat meneruskan pertandingan. namun melihat keadaan Prabu Suyudana yang sedemikian parahnya, Prabu Baladewa  menghentikan pertandingan.  Prabu Baladewa menjadi ngeri ketika melihat keadaan Suyudana, yang  tubuhnya terpisah menjadi dua, tetapi Suyudana masih hidup. Karena ngeri Prabu Baladewa langsung keluar dari arena, dan semuanya diserahkan pada Prabu Kresna. Prabu Kresna lalu meminta agar Wekudara menyempurnakan kematian Suyudana. Werkudara tidak mau, ia tidak tega membunuh saudaranya sendiri, Tetapi Prabu Kresna menyadarkan, bahwa keadaan Prabu Suyudana sudah tidak bisa ditolong, ia hanya mengharapkan kematiannya. Maka Werkudarapun mengayunkan gada rujakpolo  berkali-kali ke tubuh Prabu Suyudana,, tapi tidak mati-mati. Werkudara terus memukul mukul, sampai kulit Prabu Suyudana mengelupas. Kulit Prabu Suyudana memang menjadi sakti setelah mendapat  sinar sakti dari  Dewi Gendari. Setelah kulitnya terkelupas, Suyudanapun gugur, menyusul saudara saudaranya yang telah gugur di Tegal Kurusetra.***                                                               
Selesai